For long time ago, there was a farmer couple staying in a small village at the edge of a big forest. They lived happily. Unfortunately, they hadn’t had any children yet. Every night the husband and the wife prayed to the Gods to be granted a child. But the years passed and their wish was not fulfilled. So one day the wife went to the forest to ask for the advise from the giant. He lived in the cave.
“What is it you want? Why do you come here?” asked the giant when he saw the woman. His big voice boomed through the stillness of the forest. Trembling, the woman came nearer and told the giant about her desire to have a child.
“If you really want a child, I think I can help you. But you must promise me one thing. If the child is a boy, you may keep him, if, however the child turns out to be a girl, you must give her to me when she is fifteen years old.” the giant said.
The woman wanted a child so much that she did not hesitate to accept this strange condition. Then the giant give the little parcel to the woman. “Take this seed home, plant it and take good care of it. When the fruit is ripe, pluck it and cut it open. Now go home and remember your promise.”
Then the couple planted the cucumber seed. Each day they took care the growing plant so carefully. Months later, a golden cucumber grew from the plant. The cucumber was getting heavier and bigger each day. When it was ripe, they picked it. Carefully, they cut out the cucumber and how surprise there were when they found a beautiful baby inside, with gleaming black hair, golden yellow skin and red lips. There were so happy. They named the baby Timun Mas or Golden Cucumber.
Years were passing by, Timun Mas had grown into a beautiful girl. Her parents were very proud of her. But the happiness turned to fear when her fifteenth birthday came. The giant returned to take Timun Mas away. The farmer tried to be calm.
“Just a moment, please. Timun Mas is playing. My wife will call her.” He said. The farmer came to the child. “My child take this magic objects with you.” As he was giving a little bag to Timun Mas. “This will help you from the giant. Throw them one by one over your shoulder. Ok now, my dear there is no time to lose.” He ordered, then Timun Mas ran away.
Meanwhile, the giant had been waiting for too long. He became inpatient. Somehow he knew that the couple had lied to him. So he destroyed their house and run for Timun Mas. Timun Mas had run all the way as fast as her legs could carry her. But she was not used to such exercise and soon grew tired. No wonder it was easy for the giant to caught up with her.
“Timun Mas, Timun Mas! Wait for me!” He shouted when he saw her in the distance.
When the giant was getting closer, Timun Mas remembered her mother’s words. She threw the needle over her shoulder. Instantly a dense wood of sharp thorns sprung up, encircling and stretching the giant. This held the giant for a little while but soon Timun Mas heard him calling again. She threw the pepper corns behind her. Immediately, they changed into a hundred sharp and slippery pieces of rocks and stones. They hampered the giant’s step, making him stumble and slip. Not long afterward, however, she heard again his voice calling for her.
Now she threw the lump of salt in his direction and in an instant a wide lake stretched out between her and her pursuer. This took him indeed a long enough for Timun Mas to reach safety. Now she had only the slice of fish paste left. If this last object failed to help her, she would fall into the giant’s clutches! With a prayer on her lips she flung the fish paste on the ground. Instantly the soil changed into a steaming swamp. Still the giant did not want to give up the chase. With a curse he plunged into the hot mud and… sank into it. The bubbling, boiling mud drew the heavy body deeper and deeper inside its depth, and finally Timun Mas dared to look behind her she could just see the waving hands disappearing into the swamp. So the giant died at last and she was free.
In her fear, however, she had not looked where she was running and she found that she had lost the way. Because she was tired, soon she fell fast sleep. On that same day, the crown prince of the country who was hunting in the forest found her. Then he took her to her mother’s house. Within one week the prince returned and formally asked her for her daughter’s hand in marriage and she gladly gave her consent.
NB: ni story yang membawa aku jadi juara 2 PORSENI antar MTs. se-KABUPATEN
Jumat, 26 Desember 2008
Minggu, 21 Desember 2008
GELISAH
Entah mengapa
Diriku trus gelisah
Apa yang kan terjadi….
Yak..! Cuplikan lagu BCL tadi kayaknya ngena banget buat aku… Sesuai sekali dengan perasaanku saat ini.
Entah kenapa untuk menghadapi PORSENI Tk. Kabupaten tanggal 24 Desember nanti, aku merasa tak yakin. Tak sesemangat dulu.
Aku terus merasa gelisah.
Aku belum hafal teks-nya. Dan ini sangat GAWAT!!!.
Karena aku baru sembuh dari sakit, aku kena alergi, badanku merah-merah. Aku tak bisa konsentrasi latihan. Dan terlebih lagi karena saat ini sedang ujian semester, aku harus bagi-bagi waktu antara belajar dan menghafal teks “Timun Mas” sebagai bahan lomba. Banyak pikiran, semua jadi mumet. Ada yang punya obat penjernih pikiran?
Diriku trus gelisah
Apa yang kan terjadi….
Yak..! Cuplikan lagu BCL tadi kayaknya ngena banget buat aku… Sesuai sekali dengan perasaanku saat ini.
Entah kenapa untuk menghadapi PORSENI Tk. Kabupaten tanggal 24 Desember nanti, aku merasa tak yakin. Tak sesemangat dulu.
Aku terus merasa gelisah.
Aku belum hafal teks-nya. Dan ini sangat GAWAT!!!.
Karena aku baru sembuh dari sakit, aku kena alergi, badanku merah-merah. Aku tak bisa konsentrasi latihan. Dan terlebih lagi karena saat ini sedang ujian semester, aku harus bagi-bagi waktu antara belajar dan menghafal teks “Timun Mas” sebagai bahan lomba. Banyak pikiran, semua jadi mumet. Ada yang punya obat penjernih pikiran?
Selasa, 09 Desember 2008
UNTITLED
Kenapa ya penyesalan selalu datang terakhir…?
Andai saja aku bisa memutar kembali waktu, rasanya aku tak ingin terlibat.
Kalau saja dari awal aku tahu kalau akibatnya akan sefatal ini, lebih baik aku menolak bergabung saja.
Tapi sayangnya aku tak bisa…
Karena aku bukan orang yang punya “indra ke-6 ataupun ke-7” yang bisa tahu kejadian masa lalu dan masa depan.
Ya aku bukan orang yang seperti itu…
Hiks…
Andai saja aku bisa memutar kembali waktu, rasanya aku tak ingin terlibat.
Kalau saja dari awal aku tahu kalau akibatnya akan sefatal ini, lebih baik aku menolak bergabung saja.
Tapi sayangnya aku tak bisa…
Karena aku bukan orang yang punya “indra ke-6 ataupun ke-7” yang bisa tahu kejadian masa lalu dan masa depan.
Ya aku bukan orang yang seperti itu…
Hiks…
Selasa, 02 Desember 2008
PORSENI se-KKM (bagian2)
Berikut cabang olahraga dan seni dalam PORSENI MTs. se-KKM 2008 beserta nama pemain dan predikat juara yang diraih DU… :
Keterangan:
Juara 1 = 7 cabang, Juara 2 = 3 cabang, Juara 3 = 3 cabang, Kalah = 3 cabang
Good news : DU dapat mempertahankan predikat juara umum, bahkan lebih meningkat dan maju dari PORSENI kemarin. PORSENI kemarin mendapat 6 juara, sedangkan tahun ini mendapat 7 juara.
- Volley Ball pa (JUARA 1) => Hamdan N, Abdul Ghofur, Maman R, Debby H. S. I. S., Aang, Ujang (keenam pemain disingkat HAMDAN, semua anak kelas IX) dan beberapa pemain cadangan dari kelas 7 dan 8.
- Volley Ball pi (KALAH) => pemain banyak didominasi oleh kelas 7. Jujur saja anak kelas 8 dan 9 tuh keok kalo main volley, cuma segelintir orang yang bisa. Aku gak hafal siapa-siapa saja yang tergabung dalam tim volley putri. Cuma beberapa saja yang aku hafal, kalau tidak salah ada Lala, Siti Tyan, Jessica, Mariana, dll (dan lupa lagi).
- Tennis Meja pa (JUARA 1) => Vickhi dan Aji
- Tennis Meja pi (JUARA 3) => Isse, Ridha dan Yuni
- Loncat Jauh pa (JUARA 2) => Latief R. Aziz
- Loncat Jauh pi (JUARA 3) => Windi
- Lompat Tinggi pa (JUARA 2) => Iqbal Maqbuli
- Lompat Tinggi pi (KALAH) => Witri
- Lari Sprint pa (JUARA 1) => Dzikri Maulidi
- Lari Sprint pi (KALAH) => Fuzi Rahayu
- Cerita b.Inggris pa (JUARA 1) => Dani Suwardani
- Cerita b.Inggris pi (JUARA 1) => Titim Fatimah Zahro
- Puisi pa (JUARA 2) => Deden M. Yusuf
- Puisi pi (JUARA 1) => Fujia R. Agustin
- Cerita b.Arab pa (JUARA 3) => Rizal
- Cerita b.Arab pi (JUARA 1) => Ayu Faizah
Keterangan:
Juara 1 = 7 cabang, Juara 2 = 3 cabang, Juara 3 = 3 cabang, Kalah = 3 cabang
Good news : DU dapat mempertahankan predikat juara umum, bahkan lebih meningkat dan maju dari PORSENI kemarin. PORSENI kemarin mendapat 6 juara, sedangkan tahun ini mendapat 7 juara.
Senin, 01 Desember 2008
* SNOW WHITE *
Once upon a time, there lived a princess named Snow White. She lived with her bad step mother, a queen because her father, the King was dead. Everyone said that she was the most beautiful woman in the palace. The queen was very angry to know it. So she asked a hunter to kill Snow White. The hunter took Snow White to the forest, but he did not kill her. He just asked her to leave and never to come back to the palace. “Go away Snow White or I will change my mind. Go away now and don’t come back to your palace. Or your step mother will try to kill you again.” Said the hunter.
Then Snow White run away as far as possible from the palace. She went to the forest. At the forest, she saw a little a cottage. She knocked its door. “Excuse me, hello, is there anybody home? Is there anybody home?”. But no one answered. So she went inside and fell asleep. The house belonged to seven dwarfs, exactly.
Meanwhile the seven dwarfs were coming home from work. They went inside. There they found Snow White sleeping. Then Snow White woke up. She saw the dwarfs. Then the dwarfs said, “Who are you? What are you doing here?”. “I’m… I’m Snow White.” Then Snow White told the dwarfs the whole story. One of the dwarfs said, “If you wish, you may live here with us.” And then Snow White stayed there with them.
In the palace the queen wanted to know about her beauty to everybody and to her magic mirror. “Mirror mirror on the wall… Mirror mirror on the wall, who was the most beautiful woman in the palace now?” Asked the queen. The mirror replied, “Snow White was still the most beautiful woman in the palace. From the magic mirror the queen knew that Snow White was still alive. She was so upset. Then she thought that she had to kill Snow White by her self. So she went to the forest to meet Snow White. She pretended to be an old woman. When she came to the dwarfs’ house, she asked for a glass of water from Snow White. In return she gave Snow White an apple. Snow White bit the apple. Soon, she fell down and slept for a long time.
One day, a prince hunted in the forest. He came to the dwarfs’ house and he saw the sleeping Snow White there. He was so impressed by her beauty, then he kissed her. Suddenly, Snow White woke up. She thanked to the prince and told him the whole story. The prince fell in love with her and so did Snow White. The prince asked her to be his princess. Snow White was hard believe in it. She agreed to the prince and finally, they got married and they lived happily ever after.
NB: ni dia story yang membawa aku jadi juara satu PORSENI se-KKM Karang Sambung
Then Snow White run away as far as possible from the palace. She went to the forest. At the forest, she saw a little a cottage. She knocked its door. “Excuse me, hello, is there anybody home? Is there anybody home?”. But no one answered. So she went inside and fell asleep. The house belonged to seven dwarfs, exactly.
Meanwhile the seven dwarfs were coming home from work. They went inside. There they found Snow White sleeping. Then Snow White woke up. She saw the dwarfs. Then the dwarfs said, “Who are you? What are you doing here?”. “I’m… I’m Snow White.” Then Snow White told the dwarfs the whole story. One of the dwarfs said, “If you wish, you may live here with us.” And then Snow White stayed there with them.
In the palace the queen wanted to know about her beauty to everybody and to her magic mirror. “Mirror mirror on the wall… Mirror mirror on the wall, who was the most beautiful woman in the palace now?” Asked the queen. The mirror replied, “Snow White was still the most beautiful woman in the palace. From the magic mirror the queen knew that Snow White was still alive. She was so upset. Then she thought that she had to kill Snow White by her self. So she went to the forest to meet Snow White. She pretended to be an old woman. When she came to the dwarfs’ house, she asked for a glass of water from Snow White. In return she gave Snow White an apple. Snow White bit the apple. Soon, she fell down and slept for a long time.
One day, a prince hunted in the forest. He came to the dwarfs’ house and he saw the sleeping Snow White there. He was so impressed by her beauty, then he kissed her. Suddenly, Snow White woke up. She thanked to the prince and told him the whole story. The prince fell in love with her and so did Snow White. The prince asked her to be his princess. Snow White was hard believe in it. She agreed to the prince and finally, they got married and they lived happily ever after.
NB: ni dia story yang membawa aku jadi juara satu PORSENI se-KKM Karang Sambung
PORSENI se-KKM
Huuuuuufff….. Akhirnya tiba juga, setelah sekian lama dan penuh persiapan…. Ada banyak perlombaan yang akan dilombakan dalam PORSENI tingkat KKM (Kelompok Kerja Madrasah) kali ini.
Dan yang jadi suatu kehormatan bagiku adalah aku termasuk salah satu dari kontingen PORSENI itu. Dan tentunya aku ikut lomba cerita b.Inggris lagi. Sebelum-sebelumnya ada kejadian yang bikin aku geli. Aku diperebutkan. Tepatnya diperebutkan 2 orang guru, aku diperebutkan dan dihadapkan antara 2 pilihan (cieee…), b.Inggris atau olahraga. Meskipun sebenarnya aku tak begitu ahli dalam olahraga, tapi gini-gini aku juara 3 Tennis Meja PORSENI 2006 se-KKM Karang Sambung (KKM tempat aku sekolah) dan juara 1 PORKELAS (Pekan Olahraga antar Kelas) MTs. Daarul ‘Uluum (hhaha..). Dan kenapa guru b.Inggrisku memilihku? Mungkin karena aku pernah ikut “English Story Telling Contest”, lomba cerita b.Inggris yang diikuti oleh seluruh MTs dan SMP se-Kabupaten Majalengka dan diadakan setiap 2 tahun sekali, walaupun di sini aku hanya harus puas dapat peringkat 12. Yah… tapi lumayanlah setidaknya itu merupakan 2 kabar baik juga, karena : Pertama, seenggaknya aku bisa meningkatkan prestasi Daarul ‘Uluum 4 tingkat ke atas dibandingkan Telling Contest kemarin (ketika aku masih kelas 1), ya aku bisa lebih baik dari saudaraku (yang juga merupakan wakil Telling Contest kemarin), yang kemarin harus rela dapat peringkat 16. Dan kabar satunya adalah Daarul ‘Uluum adalah satu-satunya MTs yang bisa masuk 15 besar, yipppiiiieee… Nah, kabar baik bukan? Oke balik lagi, kedua-duanya sama-sama ngotot (guru b.Inggris dan Olahraga), sama-sama mempertahankan. Tapi ujung-ujungnya aku tetap di b.Inggris juga. Sebenarnya untuk tahun ini aku nggak terlalu optimis untuk bisa ambil bagian di tennis, karena aku merasa pasti ada yang lebih baik daripada aku, toh ternyata emang ada, anak kelas satu itu lebih jago daripada aku. Sebaliknya, aku sangat optimis dan semangat di b.Inggris, entahlah kenapa, pokoknya semangat.
Sebenarnya tak banyak persiapan yang aku lakukan untuk lomba kali ini, tak segencar saat “English Story Telling Contest”. Kalau dulu biasanya setiap jam istirahat pertama aku latihan di ruang guru bersama guru pembimbingku. Tapi untuk yang sekarang gak kayak gitu, latihanku bisa cepat dihitung dengan jari. Berikut beberapa alasan kenapa jarang latihan: 1) Mungkin karena aku kembali dengan cerita “Snow White” yang udah pernah aku bawakan saat Teeling Contest kemarin, makanya cuma tinggal ngelancarin aja. 2) Guru pembimbingku sedang sakit makanya jarang latihan, aku sampe latihan sama guru b.Inggris lainnya dan official dari peserta putra deh. 3) Jujur, aku rada males juga sih latihannya, hehe… tapi meskipun begitu aku tetep latihan kok, di rumah.
Di perjalanan menuju lokasi lomba aku mencoba menghubungi keluargaku lewat sms untuk minta doa dan dukungan. Saat tiba di lokasi, kesan pertama yang aku dapat adalah kayaknya sekolah ini lebih mantep dan teratur deh masalah ekskulnya, gak kayak DU. Terbukti, soalnya acara pembukaannya aja disambut dengan demonstrasi ekskul yang boleh dibilang ya cukup keren, kolaborasi antara 3P ekskul; Pramuka, Paskibra dan PMR. Kapan ya DU bisa kayak gitu? Ya teruslah berharap dan berdoa.
Sambil menunggu giliranku tampil, aku terus berdoa, soalnya aku juga teringat sms balasan dari ibuku yang isinya, “Muhun didioakeun. Kade bari nungguan teh bari ngadoa.” Di sini aku juga berkenalan dengan anak MTsN Karang Sambung yang sama-sama ikut cerita b.Inggris. Menjelang tiba giliranku, aku bersiap-siap memakai jubah (yang sengaja dipersiapkan khusus untuk lomba kali ini, dengan mengorbankan uang tabunganku untuk beli HP Nokia seri terbaru, N96. Hiks bubay N96, I will miss u… Alaaah lebay!). Dan ketika tiba giliranku, aku sudah siap. Saat aku melangkah menuju panggung, penonton dari sekolah lain langsung bilang “Wuih!” atau “Wuizzz…” (mungkin ada sebagian dari sekolahku juga ikut berkata seperti itu), biasa artis lewat mah disambut dengan meriah, hehehe ngarep. Padahal kata-kata tadi tuh ditujukan karena, “Wuizz.. pake properti…”, gitu lhoo! Soalnya selidik punya selidik (katanya nih ya) kontestan lain gak ada yang pake properti.
Setelah mencoba menguasai situasi ruangan dan menenangkan diri sedikit, aku pun mulai bercerita. Aku benar-benar merasa tak ada beban saat menceritakannya. Déjà vu, ya jelas saja aku merasakannya, aku serasa berada di tempat saat Telling Contest dulu. Perasaan yang sama. Penampilanku nyaris saja sempurna. Andai saja aku tidak keceplosan mengucapkan “tell”, yang seharusnya “thank”, kalau saja aku tidak keceplosan aku tak perlu mengulang ceritanya dari awal lagi. Andai saja aku tidak salah mengucapkan kata “he” yang seharusnya “she”. Dan andai saja saat itu aku berhasil menggigit apelnya sedikit saja (But hey! Bukan sepenuhnya salahku juga, apelnya kan licin jadi susah digigit. Masa aku mau ngulang lagi adegan gigitnya, kan gak lucu. Nanti ketahuan lagi kalau aku gagal, hehe..), mungkin aku akan menang cumlaude, belakangan aku tahu para juri memberiku nilai 98 atas performance, pronounciation and expression atas apa yang aku tampilkan.
Setelah semua kontestan DU tampil, kebetulan untuk puisi dan cerita b.Inggris ruangannya digabung, kami pergi mendukung kontingen DU lainnya. Pertama aku nonton Lompat Tinggi, lalu ke Volley Ball putri. Kemudian ke Tennis Meja pa dan pi. Semua supporter DU tumplek di sini mendukung pemain. Ruangan sampe panas gara-gara kebanyakan yang nonton. Semua juga pada semangat sampe-sampe suasana jadi tambah panas. Saking ributnya supporter, para official pun sampe turun tangan menenangkan supporter. Dan di sini pulalah AKU tahu bahwa aku dapat juara 1. Alhamdulillah.
Setelah break untuk shalat, pertandingan pun dilanjutkan. Saatnya nonton pertandingan final Volley Ball putra. Kurang lebih 200 orang supporter DU yang masih bertahan (Kemungkinan para supporter masih banyak bertahan karena mereka kebanyakan takut gak bisa pulang, soalnya kan mereka gak tahu arah pulang. Dan mungkin juga mereka gak punya cukup ongkos untuk pulang. Ya pokonya ada banyak kemungkinan), terus mendukung para pemain DU dengan meneriakan berbagai yel.
“DU is the BEST! Uh! Uh, uh, uh! Mana orangnya. Nih! Nih, nih, nih!” atau “Kaifa, kaifa? Oke bisa (2x). Bisa, bisa! Daarul Uluum? BISA!” dan di saat DU kecolongan angka semua meneriakan, “Konsentrasi! Konsen, konsentrasi!”. Aku juga terus meneriakan yel-yel dukungan tersebut, tak mau kalah dengan supporter lain. Saat itu aku tidak peduli besok atau saat aku tiba di rumah suaraku akan amblas dan serak. Bahkan akan sakit tenggorokan pun I don’t care! Pokoknya aku merasa bebaz, plong tak ada beban. Official juga gak mau ketinggalan mengabadikan moment ini dengan kamera digitalnya.
Saat DU tinggal 1 point menuju kemenangan, semua berteriak, “Hiji deui, hiji deui!” sambil bertepuk tangan ricuh. Ketika bola terakhir akhirnya memutuskan untuk memihak DU sebagai juaranya, semua langsung menghambur ke tengah lapangan setelah sebelumnya berteriak “Yeeeeh…!!” sambil melompat dan berjingkrakan. Supporter langsung mengerubuti pemain seperti ikan yang mengerubuti makanan dan berebut dengan ikan lain. Pokoknya semua sangat senang hari itu. Apalagi saat pembagian tropi (juara 1) dan piagam (juara 2 serta 3) bagi para pemenang. Setiap kali nama DU disebut, supporter langsung bersorak-sorai bergembira. Saat diumumkan bahwa DU sebagai juara umum anak-anak makin GILAAA… Semua sangat bersuka cita dan langsung meneriakan yel “DU is the BEST”. Setelah semua beres, kami pun pulang.
Eits! Perjuangan belum berakhir. Masih ada PORSENI tingkat Kabupaten, dan akan dilaksankan pada tanggal 24 Desember mendatang. So, tunggu aja cerita lanjutannya yak!
Dan yang jadi suatu kehormatan bagiku adalah aku termasuk salah satu dari kontingen PORSENI itu. Dan tentunya aku ikut lomba cerita b.Inggris lagi. Sebelum-sebelumnya ada kejadian yang bikin aku geli. Aku diperebutkan. Tepatnya diperebutkan 2 orang guru, aku diperebutkan dan dihadapkan antara 2 pilihan (cieee…), b.Inggris atau olahraga. Meskipun sebenarnya aku tak begitu ahli dalam olahraga, tapi gini-gini aku juara 3 Tennis Meja PORSENI 2006 se-KKM Karang Sambung (KKM tempat aku sekolah) dan juara 1 PORKELAS (Pekan Olahraga antar Kelas) MTs. Daarul ‘Uluum (hhaha..). Dan kenapa guru b.Inggrisku memilihku? Mungkin karena aku pernah ikut “English Story Telling Contest”, lomba cerita b.Inggris yang diikuti oleh seluruh MTs dan SMP se-Kabupaten Majalengka dan diadakan setiap 2 tahun sekali, walaupun di sini aku hanya harus puas dapat peringkat 12. Yah… tapi lumayanlah setidaknya itu merupakan 2 kabar baik juga, karena : Pertama, seenggaknya aku bisa meningkatkan prestasi Daarul ‘Uluum 4 tingkat ke atas dibandingkan Telling Contest kemarin (ketika aku masih kelas 1), ya aku bisa lebih baik dari saudaraku (yang juga merupakan wakil Telling Contest kemarin), yang kemarin harus rela dapat peringkat 16. Dan kabar satunya adalah Daarul ‘Uluum adalah satu-satunya MTs yang bisa masuk 15 besar, yipppiiiieee… Nah, kabar baik bukan? Oke balik lagi, kedua-duanya sama-sama ngotot (guru b.Inggris dan Olahraga), sama-sama mempertahankan. Tapi ujung-ujungnya aku tetap di b.Inggris juga. Sebenarnya untuk tahun ini aku nggak terlalu optimis untuk bisa ambil bagian di tennis, karena aku merasa pasti ada yang lebih baik daripada aku, toh ternyata emang ada, anak kelas satu itu lebih jago daripada aku. Sebaliknya, aku sangat optimis dan semangat di b.Inggris, entahlah kenapa, pokoknya semangat.
Sebenarnya tak banyak persiapan yang aku lakukan untuk lomba kali ini, tak segencar saat “English Story Telling Contest”. Kalau dulu biasanya setiap jam istirahat pertama aku latihan di ruang guru bersama guru pembimbingku. Tapi untuk yang sekarang gak kayak gitu, latihanku bisa cepat dihitung dengan jari. Berikut beberapa alasan kenapa jarang latihan: 1) Mungkin karena aku kembali dengan cerita “Snow White” yang udah pernah aku bawakan saat Teeling Contest kemarin, makanya cuma tinggal ngelancarin aja. 2) Guru pembimbingku sedang sakit makanya jarang latihan, aku sampe latihan sama guru b.Inggris lainnya dan official dari peserta putra deh. 3) Jujur, aku rada males juga sih latihannya, hehe… tapi meskipun begitu aku tetep latihan kok, di rumah.
Di perjalanan menuju lokasi lomba aku mencoba menghubungi keluargaku lewat sms untuk minta doa dan dukungan. Saat tiba di lokasi, kesan pertama yang aku dapat adalah kayaknya sekolah ini lebih mantep dan teratur deh masalah ekskulnya, gak kayak DU. Terbukti, soalnya acara pembukaannya aja disambut dengan demonstrasi ekskul yang boleh dibilang ya cukup keren, kolaborasi antara 3P ekskul; Pramuka, Paskibra dan PMR. Kapan ya DU bisa kayak gitu? Ya teruslah berharap dan berdoa.
Sambil menunggu giliranku tampil, aku terus berdoa, soalnya aku juga teringat sms balasan dari ibuku yang isinya, “Muhun didioakeun. Kade bari nungguan teh bari ngadoa.” Di sini aku juga berkenalan dengan anak MTsN Karang Sambung yang sama-sama ikut cerita b.Inggris. Menjelang tiba giliranku, aku bersiap-siap memakai jubah (yang sengaja dipersiapkan khusus untuk lomba kali ini, dengan mengorbankan uang tabunganku untuk beli HP Nokia seri terbaru, N96. Hiks bubay N96, I will miss u… Alaaah lebay!). Dan ketika tiba giliranku, aku sudah siap. Saat aku melangkah menuju panggung, penonton dari sekolah lain langsung bilang “Wuih!” atau “Wuizzz…” (mungkin ada sebagian dari sekolahku juga ikut berkata seperti itu), biasa artis lewat mah disambut dengan meriah, hehehe ngarep. Padahal kata-kata tadi tuh ditujukan karena, “Wuizz.. pake properti…”, gitu lhoo! Soalnya selidik punya selidik (katanya nih ya) kontestan lain gak ada yang pake properti.
Setelah mencoba menguasai situasi ruangan dan menenangkan diri sedikit, aku pun mulai bercerita. Aku benar-benar merasa tak ada beban saat menceritakannya. Déjà vu, ya jelas saja aku merasakannya, aku serasa berada di tempat saat Telling Contest dulu. Perasaan yang sama. Penampilanku nyaris saja sempurna. Andai saja aku tidak keceplosan mengucapkan “tell”, yang seharusnya “thank”, kalau saja aku tidak keceplosan aku tak perlu mengulang ceritanya dari awal lagi. Andai saja aku tidak salah mengucapkan kata “he” yang seharusnya “she”. Dan andai saja saat itu aku berhasil menggigit apelnya sedikit saja (But hey! Bukan sepenuhnya salahku juga, apelnya kan licin jadi susah digigit. Masa aku mau ngulang lagi adegan gigitnya, kan gak lucu. Nanti ketahuan lagi kalau aku gagal, hehe..), mungkin aku akan menang cumlaude, belakangan aku tahu para juri memberiku nilai 98 atas performance, pronounciation and expression atas apa yang aku tampilkan.
Setelah semua kontestan DU tampil, kebetulan untuk puisi dan cerita b.Inggris ruangannya digabung, kami pergi mendukung kontingen DU lainnya. Pertama aku nonton Lompat Tinggi, lalu ke Volley Ball putri. Kemudian ke Tennis Meja pa dan pi. Semua supporter DU tumplek di sini mendukung pemain. Ruangan sampe panas gara-gara kebanyakan yang nonton. Semua juga pada semangat sampe-sampe suasana jadi tambah panas. Saking ributnya supporter, para official pun sampe turun tangan menenangkan supporter. Dan di sini pulalah AKU tahu bahwa aku dapat juara 1. Alhamdulillah.
Setelah break untuk shalat, pertandingan pun dilanjutkan. Saatnya nonton pertandingan final Volley Ball putra. Kurang lebih 200 orang supporter DU yang masih bertahan (Kemungkinan para supporter masih banyak bertahan karena mereka kebanyakan takut gak bisa pulang, soalnya kan mereka gak tahu arah pulang. Dan mungkin juga mereka gak punya cukup ongkos untuk pulang. Ya pokonya ada banyak kemungkinan), terus mendukung para pemain DU dengan meneriakan berbagai yel.
“DU is the BEST! Uh! Uh, uh, uh! Mana orangnya. Nih! Nih, nih, nih!” atau “Kaifa, kaifa? Oke bisa (2x). Bisa, bisa! Daarul Uluum? BISA!” dan di saat DU kecolongan angka semua meneriakan, “Konsentrasi! Konsen, konsentrasi!”. Aku juga terus meneriakan yel-yel dukungan tersebut, tak mau kalah dengan supporter lain. Saat itu aku tidak peduli besok atau saat aku tiba di rumah suaraku akan amblas dan serak. Bahkan akan sakit tenggorokan pun I don’t care! Pokoknya aku merasa bebaz, plong tak ada beban. Official juga gak mau ketinggalan mengabadikan moment ini dengan kamera digitalnya.
Saat DU tinggal 1 point menuju kemenangan, semua berteriak, “Hiji deui, hiji deui!” sambil bertepuk tangan ricuh. Ketika bola terakhir akhirnya memutuskan untuk memihak DU sebagai juaranya, semua langsung menghambur ke tengah lapangan setelah sebelumnya berteriak “Yeeeeh…!!” sambil melompat dan berjingkrakan. Supporter langsung mengerubuti pemain seperti ikan yang mengerubuti makanan dan berebut dengan ikan lain. Pokoknya semua sangat senang hari itu. Apalagi saat pembagian tropi (juara 1) dan piagam (juara 2 serta 3) bagi para pemenang. Setiap kali nama DU disebut, supporter langsung bersorak-sorai bergembira. Saat diumumkan bahwa DU sebagai juara umum anak-anak makin GILAAA… Semua sangat bersuka cita dan langsung meneriakan yel “DU is the BEST”. Setelah semua beres, kami pun pulang.
Eits! Perjuangan belum berakhir. Masih ada PORSENI tingkat Kabupaten, dan akan dilaksankan pada tanggal 24 Desember mendatang. So, tunggu aja cerita lanjutannya yak!
Langganan:
Postingan (Atom)